by Abu Basyer on
Sunday, 13 February 2011 at 23:24
Sahabat yang
dirahmati Allah,
Surah ini
diturunkan di Makkah mengandungi enam ayat menyatakan dengan jelas tidak ada
tolak ansur darisegi akidah dan ibadah dengan orang-orang kafir. Surah ini
ditujukan kepada kaum musyrikin, yang kafir kerana mereka tidak mau
menerima seruan dan petunjuk kebenaran yang dibawakan Nabi Muhammmad S.A.W.
kepada mereka.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١)لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (٢)وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣)وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤)وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٥)لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (٦)
1. Katakanlah:
“Hai orang-orang kafir!”.
2. aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah
agamamu, dan untukkulah agamaku.
(Surah
al-Kafirun ayat 1-6)
Asbabun Nuzul
surah ini :
Telah
diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin Wail As Sahmi, Aswad bin Abdul
Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan pembesar-pembesar Quraisy
datang menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai Muhammad! Marilah engkau
mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu dan engkau bersama kami dalam
semua masalah yang kami hadapi, engkau menyembah Tuhan kami setahun dan kami
menyembah Tuhanmu setahun.
Jika agama yang
engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya,
dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula
bersama-sama kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya".
Baginda
S.A.W. menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari
mempersekutukan-Nya".
Lalu turunlah
surah Al Kafirun sebagai jawapan terhadap pelawaan mereka.
Kemudian Nabi
SAW pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di
sana dan membaca surah Al Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk dapat
bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu mulailah orang-orang Quraisy
meningkatkan permusuhan mereka ke pada Nabi dengan menyakiti baginda dan para
sahabatnya, sehingga tiba masanya hijrah ke Madinah.
Dalam ayat-ayat
ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyatakan kepada orang-orang kafir,
bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah "Tuhan" yang aku
sembah, kerana kamu menyembah "tuhan" yang memerlukan pembantu dan
mempunyai anak atau ia menjelma dalam sesuatu bentuk atau dalam sesuatu rupa
atau bentuk-bentuk lain yang kau dakwakan.
Sedang aku
menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya;
tidak mempunyai anak, tidak mempunyai teman wanita, tidak beranak dan tidak
diperanakkan dan tidak menjelma dalam sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup menerka
bagaimana Dia, tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak
memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan penghubung.
Maksudnya; perbedaan
sangat besar antara "tuhan" yang kamu sembah dengan "Tuhan"
yang aku sembah. Kamu menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak layak
sama sekali bagi Tuhan yang saya sembah.
Sahabat yang
dimuliakan,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١)
1. Katakanlah
(Wahai Muhammad): "Hai orang-orang kafir!
"Katakanlah,"
– olehmu hai utusanKu – kepada orang-orang yang tidak mau percaya itu:
"Hai orang-orang kafir!" (ayat 1).
Hai orang-orang
yang tidak mau percaya. Menurut Ibnu Jarir panggilan seperti ini disuruh
sampaikan Tuhan oleh Nabi-Nya kepada orang-orang kafir itu, yang sejak semula
berkeras menantang Rasul dan sudah diketahui dalam ilmu Allah Ta'ala bahwa
sampai saat terakhir pun mereka tidaklah akan mahu menerima kebenaran. Mereka
menantang, dan Nabi S.A.W. pun tegas pula dalam sikapnya menantang
penyembahan mereka kepada berhala, sehingga timbullah suatu pertandingan
siapakah yang lebih kuat semangatnya mempertahankan pendirian masing-masing.
Maka pada satu waktu terasalah oleh mereka sakitnya pukulan-pukulan itu,
mencela berhala mereka, menyalahkan kepercayaan mereka.
Maka
bermuafakatlah pemuka-pemuka Quraisy musyrikin itu hendak menemui Nabi. Mereka
bermaksud hendak mencari, "damai". Yang mendatangi Nabi itu menurut
riwayat Ibnu Ishaq dari Said bin Mina – ialah al-Walid bin al-Mughirah, al-Ash
bin Wail, al-Aswad bin al-Muthalib dan Umaiyah bin Khalaf. Mereka kemukakan
suatu usul damai: "Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia
menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau pun hendaknya bersedia pula
menyembah yang kami sembah, dan di dalam segala urusan di negeri kita ini,
engkau turut serta bersama kami. Kalau seruan yang engkau bawa ini memang ada
baiknya daripada apa yang ada pada kami, supaya turutlah kami merasakannya
dengan engkau. Dan jika pegangan kami ini yang lebih benar daripada apa yang
engkau serukan itu maka engkau pun telah bersama merasakannya dengan kami, sama
mengambil bahagian padanya." – Inilah usul yang mereka kemukakan. Tidak
berapa lama setelah mereka mengemukakan usul ini, turunlah ayat ini;
١)لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (٢)وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣)وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤)وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ(٥)لَكُمْ دِينُكُمْ
وَلِيَ دِينِ
2. aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah
agamamu, dan untukkulah agamaku.
Menurut
tafsiran Ibnu Katsir yang disalinkannya dari Ibnu Taimiyah erti ayat yang
kedua:
"Aku
tidaklah menyembah apa yang kamu sembah," ialah menafikan perbuatan
(nafyul fi'li) ertinya bahawa perbuatan begitu tidaklah pernah aku kerjakan.
"Dan tidak
pula kamu menyembah apa yang aku sembah." (ayat 3). ertinya persembahan
kita ini sekali-kali tidak dapat di gabungkan atau di satukan. Kerana
yang aku sembah hanya Allah kan kalian menyembah kepada benda; iaitu kayu atau
batu yang kamu perbuat sendiri dan kamu besarkan sendiri.
"Dan aku
bukanlah penyembah sebagaimana kamu menyembah." (ayat 4).
"Dan kamu
bukanlah pula penyembah sebagaimana aku menyembah." (ayat 5).
Maka selain
dari yang kita sembah itu berlain; kamu menyembah berhala , aku menyembah Allah
Yang Maha Esa, maka cara kita menyembah pun lain pula. Kalau aku menyembah
Allah maka aku melakukan solat di dalam syarat rukun yang telah ditentukan.
Sedang kamu menyembah berhala itu sangatlah berbeda dengan cara aku menyembah Allah.
Oleh sebab itu tidaklah dapat pegangan kita masing-masing ini didamaikan;
"Untuk
kamulah agama kamu, dan untuk akulah agamaku." (ayat 6).
Soal akidah, di
antara Tauhid Mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau
dicampur-adukkan dengan syirik. Tauhid kalau dicampurkan dengan syirik, ertinya
ialah kemenangan syirik. Tauhid itu akan tosak dan tidak boleh diterima.
Syaikh Muhammad
Abduh menjelaskan perbedaan ini di dalam tafsirnya; "Dua jumlah kata yang
pertama (ayat 2 dan 3) adalah menjelaskan perbedaan yang disembah. Dan isi dua
ayat berikutnya (ayat 4 dan 5) ialah menjelaskan perbedaan cara beribadat.
Tegasnya yang
disembah lain dan cara menyembah pun lain. Tidak satu dan tidak sama. Yang aku
sembah ialah Tuhan Yang Maha Esa, yang bersih daripada segala macam persekutuan
dan perkongsian dan mustahil menyatakan diriNya pada diri seseorang atau
sesuatu benda.
Allah, yang
memberi kurniaNya kepada siapa jua pun yang tulus ikhlas beribadat
kepada-Nya. Dan Maha Kuasa menarik ubun-ubun orang yang menolak kebenaranNya
dan menghukum orang yang menyembah kepada yang lain.
Sedang yang
kamu sembah bukan itu, bukan Allah, melainkan benda. Aku menyembah Allah
sahaja, kamu menyembah sesuatu selain Allah dan kamu persekutukan yang lain itu
dengan Allah. Sebab itu maka menurut aku, ibadatmu itu bukan ibadat dan tuhanmu
itu pun bukan Tuhan. Untuk kamulah agama kamu, pakailah agama itu sendiri,
jangan pula aku diajak menyembah yang bukan Tuhan itu. Dan untuk akulah
agamaku, jangan sampai hendak kamu campur-adukkan dengan apa yang kamu sebut
agama itu."
Al-Qurthubi
meringkaskan tafsir seluruh ayat ini begini:
"Katakanlah
olehmu wahai UtusanKu, kepada orang-orang kafir itu, bahwasanya aku tidaklah
mahu diajak menyembah berhala-berhala yang kamu sembah dan puja itu, kamu pun
rupanya tidaklah mahu menyembah kepada Allah saja sebagaimana yang aku lakukan
dan serukan. Malahan kamu persekutukan berhala kamu itu dengan Allah. Maka
kalau kamu katakan bahwa kamu pun menyembah Allah jua, perkataanmu itu bohong,
kerana kamu adalah musyrik. Sedang Allah itu tidak dapat dipersyarikatkan
dengan yang lain. Dan ibadat kita pun berlain. Aku tidak menyembah kepada
Tuhanku sebagaimana kamu menyembah berhala. Oleh sebab itu agama kita tidaklah
dapat di gabungkan atau dipersatukan.
"Bagi kamu
agama kamu, bagiku adalah agamaku pula." Tinggilah dinding yang membatas,
dalamlah jurang di antara kita."
Surah ini
memberi pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi Muhammad bahwasanya akidah
tidaklah dapat di gabungkan kerana Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan.
Kalau yang hak hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah
yang menang.
Sahabat yang
dikasihi,
Dalam
hadis-hadis Nabi S.A.W yang lain ada menceritakan fadilat dan amalan baginda
yang membaca surah ini semasa solat-solat sunat .
Berkata Ibnu
Katsir dalam tafsirnya:
Tersebut dalam
Shahih Muslim, diterima dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah S.A.W.
membaca Surat al-Kafirun ini bersama Surat Qul Huwallaahu Ahad di dalam
sembahyang sunnat dua rakaat sesudah tawaf.
Dalam Shahih
Muslim juga, dari Hadis Abu Hurairah, bahwa Rasulullah S.A.W. membaca surah ini
dan Qul Huwallaahu Ahad pada sembahyang dua rakaat sunnat Fajar (sebelum solat
Subuh).
Demikian juga
menurut sebuah hadis yang dirawikan oleh al-Imam Ahmad dari Ibnu Umar, bahwa
Nabi S.A.W. membaca kedua surah ini dua rakaat Fajar dan dua rakaat sesudah
Maghrib, lebih dari dua puluh kali.
Sebuah hadis
diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dari Farwah bin Naufal al-Asyja'iy, bahawa
beliau meminta pertunjuk kepada Nabi S.A.W. apa yang baik dibaca sebelum tidur.
Maka Nabi S.A.W. menasihatkan supaya setelah beliau mulai berbaring bacalah Qul
Yaa Ayyuhal Kaafiruun, sebab dia adalah satu pernyataan diri sendiri bersih
dari syirik.
Dan telah kita
jelaskan bahwa Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun, sama dengan seperempat dari al-Quran.
Surah ini mengandungi larangan menyembah yang selain Allah, mengandungi pokok
akidah, dan segala perbuatan hati. Dia selari dengan Qul Huwallaahu (Surah
al-Ikhlas)
Marilah
sama-sama kita memahami dan hayati tafsir dan maksud yang terdapat dalam surah
al-Kafirun ini supaya kita dapat menjaga akidah kita supaya tidak syirik kepada
Allah S.W.T. Dalam bab akidah dan tauhid kita langsung tidak boleh berkompromi
atau bertolak ansur kerana akidah ini adalah hak Allah S.W.T yang tidak boleh
disekutukan dengan perkara-perkara syirik kepada-Nya.
………………………………………………………………..
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.